Selasa, 24 Mei 2011

Sopir “Nyodok” Istri Teman

Jumat, 20 Mei 2011 - 21:29 WIB

Sopir “Nyodok” Istri Teman

SOPIR nyodok kendaraan di depannya, itu sih sudah biasa. Tapi jika sopir “nyodok” bini teman, itu mungkin hanya dilakukan Su, 40, PNS dadi Pemkab Gunung Kidul. Gara-gara ulah sopir celamitan ini, Sekda pun sampai perlu turun tangan, padahal jelas-jelas yang ngeseks Su sendiri bersama Tini, 30, (bukan nama sebenarnya) istri Sadi (bukan nama sebenarnya)!

Ada ungkapan yang sangat dikenal di DI Yogyakarta, sopir kuwi nek ngaso mesthi mampir. Mampirnya bukan sekedar pemenuhan kebutuhan perut, tapi sering pula untuk urusan yang di bawah perut. Maka kemudian dikenal warung remang-remang, karena kalangan sopir memang paling suka “nyodok” di tempat beginian. Tapi di sinilah uniknya, meski berulang kali kena sodok, si wanita penghuni warung tak pernah poles bodi pakai dempul Isamu.

Adalah Su, lelaki PNS yang bekerja sebagai sopir di kantor Pemkab Gunung Kidul (DIY). Pekerjaan sehari-harinya sebagai petugas antarjemput karyawan. Dengan bis tanggung (ukuran ¾) dia setiap pagi dan siang mengantarkan PNS Gunung Kidul. Nah, sekali waktu saat mengantar Ir karyawan Pemkab yang tinggal di Ponjong, dia melihat pemandangan bagus. Bukan panorama pantai Mbaron atau Sadeng, melainkan wajah Ny. Ir yang menggamit rasa merangsang pandang.

Sebagai sopir normal, kontan pendulum Su bereaksi …..theng! Matanya lalu main lirik, dan beradu pandang. Eh, ternyata wanita yang kemudian diketahui bernama Tini ini memberikan senyum penuh arti. Weh, weh….., hampir saja Su mau injak rem jadi keliru ngegas. Dan sejak ketemu Tini tersebut, Su jadi macam Burisrawa gandrung Sembadra. “Oh Tini, yam yam tilam perjiwatan, baya mirah baya ndika, manuta wong ayu (terimalah cintaku wahai putri cantik),” kata batin Su terkena malarindu.

Tak peduli bahwa Ir sesama teman sekantor di Pemkab, Su tergoda untuk uji nyali. Ketika nomer HP wanita itu diperoleh, dengan gencar dia merayu-rayu lewat SMS. Katanya, di Gunung Kidul banyak luweng (lobang bawah tanah – Red)-nya, dari Bribin sampai Grubuk, tapi “luweng” dari Ponjong seperti apa ya? Eh, ternyata gayung pun bersambut. Nah, di kala suami Tini sibuk kerja di kantor, Su meluncur ke rumah wanita itu di Wetan, Kecamatan Ponjong, dalam rangka wisata “luweng” inkonvensional.

Karena lobi-lobi sudah dicapai, koalisi sepenuh hati itu langsung saja dilanjutkan dengan eksekusi. Meski jelas keduanya bukan pasangan suami istri, tanpa ragu-ragu melakukan adegan ranjang dalam sistem kejar tayang. Namun begitu kedua-duanya sama puas. Su kembali ke kantor dengan senyum simpul sejuta ceria. Baginya siang itu, menikmati “luweng” non Bribin yang tanpa tehnologi Jerman ternyata mengasyikkan juga.

Tapi rupanya, ada mata lain yang menyaksikan, sehingga laporannya sampai juga ke Ir suami Tini. Ketika diklarifikasi, wanita itu tak bisa berkutik, mengaku terus terang bahwa pada 7 Mei 2011 lalu memang telah disetubuhi Su. Tentu saja Ir marah besar. Dia mengadu ke Sekda, agar oknum PNS celamitan itu ditindak tegas. Gara-gara laporan suami Tini, nasib sopir Su kini bagaikan di ujung tanduk. Nyodok mobil orang masih bisa diganti rugi, tapi kalau “nyodok” bini teman?

Penyok nggak? Bisa dibawa ke ketok magic ngkali. (SP/Gunarso TS)

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More